Kebencian dalam Kasih
4 posters
Halaman 1 dari 1
Kebencian dalam Kasih
Aku diam membisu. Hatiku tersayat oleh
sepi. Kata-kata Ratna, bagaikan pisau yang menusuk jantungku
yang selalu terkoyak dalam. Seribu satu pisau itu terus menusukku
setiap hari tanpa Ratna sadari. Aku hancur. Dia menyukai Fio?! Orang
yang sangat kucintai sejak SMP. Orang yang dekat denganku, selalu
bersamaku. Fio yang hampir sempurna, Fio yang tampan, Fio yang baik.
Walau dia narsis, tapi aku menyukai sosok itu dan Ratna
juga menyukainya?! Aku tahu itu sejak dulu, dan aku merelakannya. Dan
ternyata, dia bisa mendapatkan hati Fio hanya dalam waktu 3 bulan!
Padahal, hampir 7 tahun aku akrab dengan laki-laki itu dan aku tak
pernah menarik hatinya. Ini tak adil! Ratna nyaris merebut semuanya
dariku. Hidupku, cintaku, reputasiku, semuanya!!! Aku selalu iri
padanya. Dia nyaris memiliki semuanya. Cantik, cerdas, baik pula. Tapi
kebaikannya itu, justru yang membuatku semakin membencinya.
* * *
Pertama aku mengenal Ratna, saat MOS SMA, 4 tahun yang
lalu. Dan itulah awal kebencianku padanya. Ratna sangat disayangi kakak
senior. Walau sama-sama ikut “disiksa” bersama anak kelas 1 lainnya.
Namun aku sadar, dia lebih mendapat perhatian khusus.
“Yang tadi itu hebat lho, Ratna,” kataku saat istirahat.
Outbond tadi, aku sekelompok dengan Ratna. Aku
tak mengerti, kenapa di saat kebencianku padanya semakin hebat, aku
jutsru menjadi semakin dekat dengannya. Ratna tersenyum simpul.
“Nggak kok, biasa aja. Kamu lebih hebat lagi,” katanya
merendahkan diri. Sungguh, aku tak habis pikir, apa yang membuatku
begitu berbeda dengannya.
Selama SMA, takdir selalu mempertemukanku dengannya.
Kami justru malah jadi sahabat baik. Aku juga selalu merasa sangat
membutuhkannya. Nilainya selalu berada di atasku. Bahkan perbedaannya
begitu tipis! Dia sangat cantik dan sosialisasinya sangat bagus. Karena
aku lebih terpusat pada kebencianku, aku jadi lebih ketus dan sinis.
Pada Ratna, aku hanya berbicara seperlunya. Tapi Ratna seakan tak
peduli, selalu saja berada di dekatku. Seakan ingin mencuri semua sisa
hidup yang kumiliki.
Namun, aku merasa tak sendiri, karena ada Fio,
tetanggaku sejak SMP. Kami terbilang sangat akrab dan aku sangat
menyukainya. Bagiku, dia tidak hanya sekedar kakak, tapi juga orang
yang kucintai yang kelak kuharap, dia juga akan mencintaiku suatu saat
nanti.
* * *
Namun rupanya, siksaanku bersama Ratna, juga merenggut
satu-satunya yang aku miliki, Fio! Aku mati-matian belajar agar bisa
satu kuliah dengan Fio. Tak kusangka, Ratna juga. Hanya saja fakultas
kami berbeda. Hal itu tidak lantas melonggarkan ikatan persahabatan
kami. Aku tercekik dan menangis dalam hati. Berharap Ratna pergi jauh
dalam hidupku. Namun, aku tak bisa! Di balik kebencianku padanya,
aku-pun juga menyayanginya. Aku dendam padanya, dendam atas segala
perilakunya di dekatku, yang selalu membuatku seperti orang yang
miskin hidup. Namun, aku juga tak bisa jauh darinya. Cekikan
persahabatan itu telah membuatku sangat begantung padanya. Dan hal itu,
membuatku harus kehilangan harta yang lebih berharga dan yang lainnya,
yaitu Fio yang sejak lama kucintai.
Tiga bulan setelah mereka bertemu, aku mulai merasakan
gelagat aneh. Saat aku sedang sibuk-sibuknya di rumah, mendadak Fio
ingin bertemu denganku. Ini jelas surprice bagiku. Selama ini, Fio nggak pernah seperti itu!
“Ri,” panggilnya basa basi. Aku pura-pura tak peduli. Tapi, aku penasaran dengan sikapnya yang mendadak berubah itu.
“Apa?” Kataku berbasa-basi pula.
“Cewek itu, suka nggak sih, sama cowok serampangan macam gue?” tanyanya.
DEG!!! Aku tersentak. Kenapa dia mendadak begitu. Aku menjawabnya dengan kalem,
“Ya, tergantung ceweknya sih,” kataku. Padahal sebenarnya aku ingin berteriak, “Ada!! Di sini, di sampingmu!!!”
Fio tersenyum tipis.
“Ooohhh…..”
“Kamu napa sih, aneh banget!”
“Ng… nggak ada apa-apa.”
Aku jadi kepikiran, dan perasaanku kalut, aku merasa, ada yang nggak beres.
* * *
Akhirnya, rasa penasaranku terkuak, hari ini, di
kafetaria. Dengan wajah merah padam, Ratna berkata, “Ri, aku… suka
banget sama Kak Fio.”
Hatiku bagai tersayat-sayat. Aku tak ingin mendengar lanjutannya! Tapi, akhirnya, aku bertanya, “Oh, ya? Sejak kapan?”
“Sejak ketemu Kak Fio, tiga bulan yang lalu,”
“Ooohhh…. lalu?”
“Ternyata… Kak Fio juga… suka aku.”
Bagai disambar pentir, tubuhku seperti terhempas,
hancur. Kenapa??? Kenapa harus Fio?! Lagi-lagi, aku menyembunyikan rasa
sakitku.
“Oooh…. baguslah kalau begitu,” ujarku pelan dan berusaha agar suaraku tak bergetar.
Ratna melanjutkan kata-katanya, “Tadi… Kak Fio nembak aku.”
Kali ini, aku ingin terjun dari gedung tinggi. Air mataku nyaris meleleh. Tapi tak urung, aku tahan rasa perihku.
“Se…selamat.”
Aku berusaha tersenyum bahagia. Aku takut menatap
matanya yang bening. Aku benci! Benci sekali padanya!!! Dia telah
merebut semua dariku! Aku ingin berteriak, “JANGAN GANGGU HIDUPKU!!!”
Namun… aku tak bisa. Karena dibalik kebencianku, aku juga measa sayang
padanya. Aku tak bisa menyalahkan dia, tak bisa menyalahkan keadaan.
Karena aku tahu, ini bukan sepenuhnya salah Ratna.
sepi. Kata-kata Ratna, bagaikan pisau yang menusuk jantungku
yang selalu terkoyak dalam. Seribu satu pisau itu terus menusukku
setiap hari tanpa Ratna sadari. Aku hancur. Dia menyukai Fio?! Orang
yang sangat kucintai sejak SMP. Orang yang dekat denganku, selalu
bersamaku. Fio yang hampir sempurna, Fio yang tampan, Fio yang baik.
Walau dia narsis, tapi aku menyukai sosok itu dan Ratna
juga menyukainya?! Aku tahu itu sejak dulu, dan aku merelakannya. Dan
ternyata, dia bisa mendapatkan hati Fio hanya dalam waktu 3 bulan!
Padahal, hampir 7 tahun aku akrab dengan laki-laki itu dan aku tak
pernah menarik hatinya. Ini tak adil! Ratna nyaris merebut semuanya
dariku. Hidupku, cintaku, reputasiku, semuanya!!! Aku selalu iri
padanya. Dia nyaris memiliki semuanya. Cantik, cerdas, baik pula. Tapi
kebaikannya itu, justru yang membuatku semakin membencinya.
* * *
Pertama aku mengenal Ratna, saat MOS SMA, 4 tahun yang
lalu. Dan itulah awal kebencianku padanya. Ratna sangat disayangi kakak
senior. Walau sama-sama ikut “disiksa” bersama anak kelas 1 lainnya.
Namun aku sadar, dia lebih mendapat perhatian khusus.
“Yang tadi itu hebat lho, Ratna,” kataku saat istirahat.
Outbond tadi, aku sekelompok dengan Ratna. Aku
tak mengerti, kenapa di saat kebencianku padanya semakin hebat, aku
jutsru menjadi semakin dekat dengannya. Ratna tersenyum simpul.
“Nggak kok, biasa aja. Kamu lebih hebat lagi,” katanya
merendahkan diri. Sungguh, aku tak habis pikir, apa yang membuatku
begitu berbeda dengannya.
Selama SMA, takdir selalu mempertemukanku dengannya.
Kami justru malah jadi sahabat baik. Aku juga selalu merasa sangat
membutuhkannya. Nilainya selalu berada di atasku. Bahkan perbedaannya
begitu tipis! Dia sangat cantik dan sosialisasinya sangat bagus. Karena
aku lebih terpusat pada kebencianku, aku jadi lebih ketus dan sinis.
Pada Ratna, aku hanya berbicara seperlunya. Tapi Ratna seakan tak
peduli, selalu saja berada di dekatku. Seakan ingin mencuri semua sisa
hidup yang kumiliki.
Namun, aku merasa tak sendiri, karena ada Fio,
tetanggaku sejak SMP. Kami terbilang sangat akrab dan aku sangat
menyukainya. Bagiku, dia tidak hanya sekedar kakak, tapi juga orang
yang kucintai yang kelak kuharap, dia juga akan mencintaiku suatu saat
nanti.
* * *
Namun rupanya, siksaanku bersama Ratna, juga merenggut
satu-satunya yang aku miliki, Fio! Aku mati-matian belajar agar bisa
satu kuliah dengan Fio. Tak kusangka, Ratna juga. Hanya saja fakultas
kami berbeda. Hal itu tidak lantas melonggarkan ikatan persahabatan
kami. Aku tercekik dan menangis dalam hati. Berharap Ratna pergi jauh
dalam hidupku. Namun, aku tak bisa! Di balik kebencianku padanya,
aku-pun juga menyayanginya. Aku dendam padanya, dendam atas segala
perilakunya di dekatku, yang selalu membuatku seperti orang yang
miskin hidup. Namun, aku juga tak bisa jauh darinya. Cekikan
persahabatan itu telah membuatku sangat begantung padanya. Dan hal itu,
membuatku harus kehilangan harta yang lebih berharga dan yang lainnya,
yaitu Fio yang sejak lama kucintai.
Tiga bulan setelah mereka bertemu, aku mulai merasakan
gelagat aneh. Saat aku sedang sibuk-sibuknya di rumah, mendadak Fio
ingin bertemu denganku. Ini jelas surprice bagiku. Selama ini, Fio nggak pernah seperti itu!
“Ri,” panggilnya basa basi. Aku pura-pura tak peduli. Tapi, aku penasaran dengan sikapnya yang mendadak berubah itu.
“Apa?” Kataku berbasa-basi pula.
“Cewek itu, suka nggak sih, sama cowok serampangan macam gue?” tanyanya.
DEG!!! Aku tersentak. Kenapa dia mendadak begitu. Aku menjawabnya dengan kalem,
“Ya, tergantung ceweknya sih,” kataku. Padahal sebenarnya aku ingin berteriak, “Ada!! Di sini, di sampingmu!!!”
Fio tersenyum tipis.
“Ooohhh…..”
“Kamu napa sih, aneh banget!”
“Ng… nggak ada apa-apa.”
Aku jadi kepikiran, dan perasaanku kalut, aku merasa, ada yang nggak beres.
* * *
Akhirnya, rasa penasaranku terkuak, hari ini, di
kafetaria. Dengan wajah merah padam, Ratna berkata, “Ri, aku… suka
banget sama Kak Fio.”
Hatiku bagai tersayat-sayat. Aku tak ingin mendengar lanjutannya! Tapi, akhirnya, aku bertanya, “Oh, ya? Sejak kapan?”
“Sejak ketemu Kak Fio, tiga bulan yang lalu,”
“Ooohhh…. lalu?”
“Ternyata… Kak Fio juga… suka aku.”
Bagai disambar pentir, tubuhku seperti terhempas,
hancur. Kenapa??? Kenapa harus Fio?! Lagi-lagi, aku menyembunyikan rasa
sakitku.
“Oooh…. baguslah kalau begitu,” ujarku pelan dan berusaha agar suaraku tak bergetar.
Ratna melanjutkan kata-katanya, “Tadi… Kak Fio nembak aku.”
Kali ini, aku ingin terjun dari gedung tinggi. Air mataku nyaris meleleh. Tapi tak urung, aku tahan rasa perihku.
“Se…selamat.”
Aku berusaha tersenyum bahagia. Aku takut menatap
matanya yang bening. Aku benci! Benci sekali padanya!!! Dia telah
merebut semua dariku! Aku ingin berteriak, “JANGAN GANGGU HIDUPKU!!!”
Namun… aku tak bisa. Karena dibalik kebencianku, aku juga measa sayang
padanya. Aku tak bisa menyalahkan dia, tak bisa menyalahkan keadaan.
Karena aku tahu, ini bukan sepenuhnya salah Ratna.
~¤•°øñeñG°•¤~- Udah Edan
- Jumlah posting : 1007
Age : 48
Registration date : 03.11.08
Re: Kebencian dalam Kasih
aaahhhh kak fio bisa aja :: ::
~¤•°øñeñG°•¤~- Udah Edan
- Jumlah posting : 1007
Age : 48
Registration date : 03.11.08
Re: Kebencian dalam Kasih
kayana salah nama tuh Mel... :~((: :;-r:
oelan- mulai BEGO
- Jumlah posting : 79
Age : 42
Registration date : 11.11.08
Re: Kebencian dalam Kasih
iya nyesel aku lan : :~((:
~¤•°øñeñG°•¤~- Udah Edan
- Jumlah posting : 1007
Age : 48
Registration date : 03.11.08
Re: Kebencian dalam Kasih
emang namanya siapa yang bener :pirat: :
maruku- Agak Ngaco
- Jumlah posting : 537
Registration date : 04.11.08
Re: Kebencian dalam Kasih
mau tauuuuuuuuuuuu aja :;-r: yang jelas ini pengalaman udah lama bgt masa2 sekolah dulu :: kedua orang itu juga udah 5 thn lalu cere :;-\:
~¤•°øñeñG°•¤~- Udah Edan
- Jumlah posting : 1007
Age : 48
Registration date : 03.11.08
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik